Wednesday, October 2, 2013

Prosa Bali anyar


TUGAS PROSA BALI

(Analisis Karya Sastra Cerpen “Cetik”)


Oleh :
Nama : Ida Ayu Made Pariamantari
Kelas : III C / Bahasa Daerah
NIM : 2011.II.2.0091




Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Bali
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS)
Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah
 




BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan  masalah, (3) manfaat, dan (4) ruang lingkup.

1.1  Latar Belakang

Keanekaragaman kebudayaan daerah merupakan aset kebudayaan nasional, karena kebudayaan nasional adalah perpaduan dari sari-sarinya kebudayaan daerah. Masing-masing daerah tentu mempunyai kebudayaan yang bermutu tinggi. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan pada masyarakatnya, perlu adanya suatu kajian terhadap kebudayaan daerah Bali tersebut yang salah satunya adalah karya sastra Bali modern dalam bentuk Prosa bali anyar (cerpen). Cerpen adalah suatu cerita yang mengisahkan tentang sebagian kecil dari kehidupan manusia sehari-hari. Keberadaan cerpen sebagai salah satu karya sastra diperkirakan muncul sekitar tahun 1970-an. Sebagian besar diantaranya merupakan hasil sayembara. Cerpen-cerpen pada babak permulaan dibuat atas dasar “mencoba-coba” dengan memadukan tradisi bercerita Bali dengan gaya bercerita dalam bahasa Indonesia. Dalam hal gaya, cerpen sastra Bali dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cerpen dari pengarang yang berfungsi ganda (selain mengarang dalam bahasa Bali, juga mengarang dalam bahasa Indonesia), jelas sekali menunjukkan adanya pengaruh struktur cerpen Indonesia. Sebaliknya dari pengarang yang berfungsi tunggal (hanya mengarang dalam bahasa Bali), lahirlah cerpen yang sangat dipengaruhi oleh gaya bercerita Bali.
Jadi, yang disebut cerpen Bali modern adalah suatu karangan cerita Bali yang tidak ada dalam karya sastra Bali klasik atau sastra tutur. Cerpen ini merupakan karangan yang ditulis berdasarkan keadaan “masa kini” dengan bentuk cerita yang pendek, meniru bentuk cerpen dalam sastra Indonesia. Adapun contoh cerpen Bali modern tersebut antara lain : Katemu Ring Tampaksiring, Ni Luh Sari, Bajang Kota, Relawan, bajang bunga, Cetik dan masih banyak lagi yang lainnya. Pada kesempatan ini penulis akan menganalisis cerpen yang berjudul Cetik karya Putu Dessy Savitri Dewi dengan menitikberatkan pada segi struktur instrinsiknya yang terkandung di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, dapat dipetik permasalahan berkenaan dengan analisis ini, yaitu :
1.      Bagaimanakah struktur unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Cetik?

1.3 Manfaat
Dengan menganalisis cerpen tersebut kita dapat belajar lebih banyak bagaimana cara menganalisis suatu karya sastra, salah satunya menganalisis cerpen. 
.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dimaksud adalah untuk membatasi ruang atau gerak dari analisis ini, sehingga terhindar dari penafsiran di luar dari kajian yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pembahasan topik kajian ini dibatasi pada struktur instrinsik dalam cerpen Cetik, yang meliputi : (1) Sinopsis, (2) alur atau plot, (3) insiden, (4) tokoh, (5) penokohan (perwatakan), (6) latar (setting), (7)  tema, dan (8) amanat.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Struktur Instrinsik dalam Cerpen Cetik
Pada bagian ini akan diuraikan berbagai masalah yang meliputi : (1) Sinopsis, (2) alur atau plot, (3) insiden, (4) tokoh, (5) penokohan (perwatakan), (6) latar (setting), (7)  tema, dan (8) amanat.

2.1.1 Sinopsis
Sinopsis merupakan ringkasan cerita cerpen. Ringkasan cerpen adalah bentuk pemendekan dari sebuah cerpen dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan cerita yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Berikut ini sinopsis dari cerpen Cetik :
I Buda adalah teman dekat saya yang kini menjadi seorang pejabat karena kepintaran dan kejujurannya, suatu ketika I Buda teman dekat saya sakit keras, badannya kurus, sering muntah darah, berbagai dokter sudah berusaha mengobatinya namun dia tidak bisa sembuh, Diagnosa beragam ada yang mengatakan diabetes akut, ada yang mengatakan kena tumor, ada yang mengatakan sakit ginjal, sakit jantung, sakit hati, semua tidak mengetahuhi apa sebenarnya penyakit I Buda. Semenjak dia jadi pejabat, beraneka ragam keluar penyakitnya. Hingga ke luar negeri mencari obat, tetapi tidak juga sembuh, yang sangat saya kasihani itu ibunya. Baru saja ibunya senang memiliki anak pejabat sekarang malah sakit menunggu mati. Hingga habis harta bendanya digunakan untuk berobat masih juga tak kunjung sembuh. Ayahnya I Buda sudah lama meninggal.
I Buda sebenarnya orang pintar, baik, dan tidak pernah curang. Tidak suka berbohong, mungkin itu yang membuat dia disukai oleh orang-orang hingga dia bisa menjadi pemimpin walaupun dia orang yang tidak mempunyai apa-apa. Saya percaya I Buda bukannya punya sakit medis. Sudah lama I Buda menggunakan obat resep dokter, tetapi tidak ada perubahan. Sakitnya pasti sakit gaib, mungkin ada yang mengguna-guna dengan cara gaib. Tapi saya tidak berani mengatakan si ini atau si itu. Yang namanya manusia pasti ada yang begini dan ada yang begitu tidak ada yang sama pemikirannya. Banyak juga orang yang tidak suka dengan I Buda karena saingan mereka. Banyak yang bilang jika sudah terjun ke dunia politik harus benar-benar membawa diri. Walaupun saya bukan politisi, saya juga tahu jika di politik, yang sekarang teman besok bisa jadi saingan. Yang sekarang membanggakan besok bisa mencaci maki dan menjadi musuh. Begitu juga kebalikannya, semua menghalalkan segala cara, hanya untuk mementingkan apa yang utama bagi mereka. Semenjak I Buda sakit banyak orang pada berebut ingin mengambil tempatnya. Begitu yang saya dengar di masyarakat.
Suatu hari Saya menjenguk I Buda ke rumahnya, disana saya melihat ada I Karma, teman dekat I Buda yang biasa di ajak bareng-bareng di tempat kerjanya. Dia keluar dari pintu rumah I Buda mungkin habis menjenguk I Buda. Sesampainya saya disana , ibu Buda mengajak saya ke kamar untuk melihat I Buda . Badannya kurus, lemas, matanya merah. Semakin hari semakin keras saja penyakitnya I Buda, dan sekarang dia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Ibu I buda sangat sedih akan penderitaan anaknya tersebut, dan ibu Buda menanyakan pendapat saya mengenai pengobatan untuk I Buda, lalu saya ingat-ingat dulu ibu saya pernah bilang ada jero mangku atau balian (orang pintar) yang bisa mengobati orang yang kena cetik (guna-guna), dia tinggal di kaki gunung sering bersemedi meminta anugerah dari Tuhan. Lalu saya ajak ibunya Buda kesana, membawa beras dan berbagai sesajen, sesampai di sana saya menanyakan bagaimana cara menyembuhkan I Buda, setelah di beritahu cara mengobati I Buda dengan jalan menebus atma (nyawa) ke Pura Dalem dengan membawa beberapa sesajen, segera Saya dan Ibu Buda cepat-cepat pulang kerumah, sesampainya di rumah Ibu Buda membuat sesajen di bantu dengan keluarganya. Dan akhirnya sesajen tersebut jadi. Dan semua teman-teman kerja IBuda saya ajak ikut sembahyang ke Pura Dalem demi kesehatan I Buda. Di sana kami berdoa demi kesembuhan I Buda dan Jero Balian menghaturkan sesajen.
di tengah acara tersebut tiba-tiba ada yang teriak mengatakan “Panas, Panas”, Semua melihat dan segera bangun ketempat orang teriak tersebut. Lalu segera saya bangun ketempat kerumunan tersebut dan penasaran dengan siapa yang sebenarnya menyakiti I Buda. Setelah saya lihat ternyata orang tersebut I Karma teman dekat I Buda yang sering di ajak bareng-bareng di tempat kerja.




2.1.2 Alur
Alur atau Plot merupakan jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-akibat). Ditinjau dari segi penceritaannya, alur dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) alur longgar, dan (2) alur sempit. Alur longgar sering juga disebut alur sorot balik atau flash back. Alur longgar yaitu jika hubungan antar peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita yang dihilangkan maka penghilangan jalan cerita tersebut tidak akan mengganggu jalan cerita. Pengarang biasanya menggunakan alur ini, untuk menceritakan keadaan masa lalu dari para tokohnya. Sedangkan Alur sempit yaitu jalannya cerita atau jalinan peristiwa dari awal sampai akhir dalam cerita yang berkesinambungan, tanpa menceritakan ataupun mengisahkan kehidupan masa lalu para tokohnya.
Berdasarkan pemaparan di atas dan setelah menyimak tentang isi cerpen yang dikaji, maka penulis dapat mengetahui bahwa cerpen berjudul Cetik memakai alur longgar atau flash back. Di awal ceritanya, pengarang menyampaikan kisah lama dari tokoh utamanya. Namun setelah di pertengahan ceritanya, pengarang menggunakan alur longgar untuk mengubah jalannya cerita ke kejadian yang sebenarnya. Sehingga hal inilah yang menjadi kejutan dan daya tarik dari cerpen Cetik ini.
Cerpen ini dimulai kisahnya dengan seorang remaja yang bernama made bercerita memiliki teman dekat yang bernama I Buda yang dulunya seorang yang tidak mempunyai apa-apa namun kini menjadi seorang pejabat karena kepintaran dan kejujurannya, namun karena jabatannya made kini sakit keras yang tidak tertahankan.
Setelah menceritakan kisah I Buda mengenai penyakitnya lalu tokoh made dikisahkan pergi kerumah I Buda menjenguk I Buda yang lagi sakit, di rumah Buda, made bertemu dengan karma teman dekat I Buda serta bertemu dengan Ibu Buda. Di sana Made dan Ibu Buda membicarakan cara untuk menyembuhkan I Buda sehingga made menyarankan untuk menanyakan penyakit buda kepada orang pintar yang tinggal di kaki gunung. Setelah menanyakan kepada orang pintar ternyata I Buda disarankan untuk sembahyang ke Pura dalem dengan membawa sesajen. Akhirnya sesajen itu pun siap dan I Buda di ajak sembahyang ke pura Dalem bersama teman-teman kerja I Buda. Di tengah-tengah upacara teman buda berteriak, ternyata itu I Karma. Ternyata selama ini I Karma yang telah menguna-guna I Buda sehingga dia sakit keras.
2.1.3 Insiden
Insiden adalah suatu kejadian atau peristiwa yang terkandung dalam suatu cerita. Karena dalam suatu cerita, yang penting bukanlah hasil akhirnya tetapi kejadian atau peristiwa yang ada dalam peristiwa tersebut. Insiden terjadi karena adanya gerakan dan tindakan dalam situasi dan juga karena adanya pelaku yang bertindak. Insiden biasanya mengekspresikan tokoh-tokoh cerita yang berhubungan erat dengan alam dan manusia. Insiden ini harus berkembang sambung menyambung secara kausal, yang satu berhubungan dengan yang lainnya sampai cerita berakhir.
Dalam cerpen yang berjudul Cetik, terdapat beberapa insiden yang terkandung dalam alur ceritanya. Adapun insiden tersebut adalah sebagai berikut:
Insiden pertama, yaitu seorang yang bernama made menceritakan teman dekatnya yang bernama I Buda yang sedang sakit keras semenjak jadi pejabat. Hal ini dapat di simak pada kutipan di bawah ini:
Timpal leket tiangé, I Buda, gelemné sampun ten dadi tulung. Awakné berag, sasai ngutahang getih. Makudang-kudang dokter kadén sané sampun ngubadin, nanging ipun nénten mrasidayang seger. Diagnosisné magenepan. Wénten sané ngorahang diabetes akut, wénten sané ngorahang keni tumor, wénten sané ngorahang sakit ginjal, sakit jantung, sakit ati. Makejang ten wénten sané uning napi sujatinné penyakitné I Buda. Sasukatné ipun dadi pejabat, magenepan pesu penyakitné…
Terjemahan bebasnya :
Teman dekat saya I Buda sakit sudah tidak bisa dibantu, badannya kurus, sering muntah darah, berbagai dokter sudah berusaha mengobatinya namun dia tidak bisa sembuh, Diagnosa beragam ada yang mengatakan diabetes akut, ada yang mengatakan kena tumor, ada yang mengatakan sakit ginjal, sakit jantung, sakit hati, semua tidak mengetahuhi apa sebenarnya penyakit I Buda. Semenjak dia jadi pejabat, beraneka ragam keluar penyakitnya.

Insiden kedua, yaitu made ke rumah I Buda disana dia bertemu dengan I Karma yang keluar dari pintu rumah I Buda, disana juga made bertemu dengan Ibu Buda dan I Buda yang sedang berbaring lemas di tempat tidurnya. Hal ini dapat di simak pada kutipan di bawah ini:
Tiang nelokin I Buda di jumahné. Ditu tingalin tiang I Karma, timpalné leket ané biasa ajaka gradag-grudug di tongos megae, mesuan uli di jelanan umahné. Mirib mara suud nelokin I Buda. Sasubanné tiang neked ditu, Mén Buda ngénggalang ngajakin tiang macelep ka kamar, ningalin I Buda. Awakné berag, lemet, paningalanné barak. Sayan wai sayan nyangetang dogén sakitné I Buda. Jani ia sing nyidayang bangun.
Terjemahan bebasnya :
Saya menjenguk I Buda ke rumahnya, disana saya melihat I Karma, teman dekat I Buda yang biasa di ajak bareng-bareng di tempat kerjanya. Dia keluar dari pintu rumah I Buda mungkin habis menjenguk I Buda. Sesampainya saya disana , ibu Buda mengajak saya ke kamar untuk melihat I Buda . Badannya kurus, lemas, matanya merah. Semakin hari semakin keras saja penyakitnya I Buda, dan sekarang dia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya.

Insiden ketiga, yaitu made bersama Ibu Buda berbincang-bincang mengenai penyakit I Buda, dan kami memutuskan untuk menanyakan tentang penyakit I Buda dengan orang pintar yang tinggal di kaki gunung. Hal ini dapat di simak pada kutipan di bawah ini:
“Dé, nglaut I Buda kakéné. Kénkénang jani?” Mén Buda nakonin tiang.
“Béh, tiang ten nawang ampun, Mé,” tiang masaut makitak-kituk.
“Dé, mémé ba leleh gati kemu mai. Masih sing seger-seger pianak méméné totonan. Mirib né mula karman méméné,” kéto panyambat Mén Buda sambilanga sigsigan.
Tiang nginget-ngingetang, i pidan mémén tiangé taén ngorta, wénten jero mangku napi balian, tiang masih ten seken nawang, koné bisa ngubadin anak kena cetik. Nongos di bongkol gunungé, sasai masamadi nunas pica, nunas ica. Ajakin tiang Mén Buda mrika. Mabekel baas, daksina, tipat kélan, canang, lan bayuan tiang sareng Mén Buda nakonang ring baliané nika. 
Matakén Mén Buda, “Jero, napi sané ngranayang pianak titiangé sakadi asapunika?”
Jero balian nrawang. “Ne, ada ané sing demen.”
“Sira?”
“Anak. Di tongosné magaé. Kéné parisolahné.”
“Tebus atmané di Pura Dalem. Anggon banten anu, anu, anu. Énggalang né nebus apang énggal ia seger. Yan sing kéto pedas ia lakar ngalain.”
“Nggih Jero, matur suksma.”
Titiang sareng Mén Buda ngénggalang mapamit.
Terjemahan Bebasnya :
“De, lama sekali I Buda seperti ini, bagaimanain sekarang?” Ibu Buda bertanya kepada saya
“aduh, saya tidak tau bu” saya menjawab sambil geleng-geleng kepala
“De, ibu sudah capek sekali kesana kemari, juga tidak kunjung sembuh anak ibu ini. Mungkin ini sudah nasih ibu” jawab Ibu Busa sambil menangis tersedu-sedu.
Saya ingat-ingat dulu ibu saya pernah bilang ada jero mangku atau balian, saya juga tidak tahu persis. Katanya bisa mengobati orang yang kena cetik (guna-guna), tinggal di kaki gunung seting bersemedi meminta anugerah dari Tuhan. Lalu saya ajak ibunya Buda kesana, membawa beras dan berbagai sesajen lalu saya dan ibu Buda bertanya kepada balian tersebut.
Ibu Buda bertanya “Jero, apa yang membuat anak saya seperti itu?”
Jero balian menerawang “ini ada yang tidak suka dengan dia”
“siapa?”
“teman ditempatnya bekerja kena guna-gunanya”
Lalu jero balian lanjut berkata
“tebus nyawanya di Pura Dalem, dengan banten ini,ini, dan ini. Cepet di tebus agar dia cepet sehat, jika tidak dia akan cepet meninggal.”
“baik Jero, terimakasih”
Saya dan Ibu Buda cepat-cepat pulang kerumah

Insiden keempat atau terakhir yaitu pada saat sembahyang di Pura Dalem yang bertujuan demi kesembuhan I Buda ada teman buda yang berteriak-teriak ternyata itu I Karma teman dekat I Buda. Hal ini dapat di simak pada kutipan di bawah ini:
Jero Mangku sampun usan ngantebang banten. Sané wénten ring pura ajak makejang ngaturang bakti.
”Inggih asepin tangané. Om….”
Déréng suud pada mabakti saget wénten ané jerit-jerit, ”Kebus! Kebus!”
Makejang matolihan tur ngénggalang bangun. Tiang ané ngisiang I Buda ten nyidayang ningalin sira sané jerit-jerit. Anak-anaké pada biur.
”Aduh! Aduh!” buin ia jerit-jerit.
”Mé, ajak malu I Buda, tiang lakar ningalin sira ja nika.”
Tiang majujuk lan nylebseb di selag-selagan anaké ané lénan makita ningalin.
”Mrikayang akidik, mrikayang akidik,” kéto abet tiangé sahasa ngamaluang.
Sasampunné di malu, tiang makasiab. Tiang ningalin awak ané gedé, barak biing, mabulu, ten cara manusa. Makejang ten masuara. Ngob. Mara makipekan tiang buin makasiab. Karma?
Terjemahan bebasnya :
Buda dan Jero Balian menghaturkan sesajen.
di tengah acara tersebut tiba-tiba ada yang teriak mengatakan “Panas, Panas”
Semua melihat dan segera bangun ketempat orang teriak tersebut.
“aduh, aduh” lagi dia teriak-teriak
Lalu segera saya bangun ketempat kerumunan tersebut dan penasaran dengan siapa yang sebenarnya menyakiti I Buda.
“permisi, saya mau lewat” begitu kata saya seakan ingin cepat-cepat melihat.
Sesudah dapat selah melihat lalu saya terkejut “Karma?”
Terkejut saya melihat ternyata orang tersebut adalah karma teman dekat I Buda yang sering di ajak bareng-bareng di tempat kerja.

2.1.4 Tokoh
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Selain itu istilah Tokoh juga merupakan para pelaku yang memegang peranan dalam suatu karya sastra. Dalam Cerpen Cetik ini ada beberapa Tokoh yang terdapat di dalamnya antara lain :
·         Made (Tokoh utama yang menceritakan Kisah I Buda)
·         I Buda (Tokoh Utama yang diceritakan kisahnya)
·         Ibu Buda / Men Buda
·         I Karma
·         Jero Balian

2.1.5 Penokohan (Perwatakan)
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Di dalam suatu karya sastra, pada umumnya penokohan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh komplementer. Tokoh protagonis, yaitu tokoh utama dalam suatu karya sastra. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang dominan diceritakan di dalam suatu cerita. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menjadi lawan dari tokoh protagonis. Tokoh komplementer, yaitu tokoh yang menjadi pendukung (pelengkap) tokoh protagonis dan tokoh antagonis di dalam suatu karya sastra.
Di dalam cerpen Cetik menggunakan 3 penokohan, yaitu tokoh protagonis, Tokoh antagonis,  dan tokoh komplementer. Tokoh protagonisnya adalah I Buda, karena paling banyak diceritakan pada cerpen Cetik. Tokoh antaginosnya adalah I Karma karena tokoh ini yang menyakiti I Buda. Sedangkan tokoh komplementernya adalah I Made, Ibu Buda dan Jero balian karena meraka hanya sebagai pelengkap dalam cerita Cetik ini.

2.1.6 Latar (setting)
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Latar dari suatu cerita atau karya sastra adalah tempat secara umum dan waktu (massa) di mana saksi-saksi terjadi. Latar adalah lingkungan, dan lingkungan terutama dalam lingkungan rumah tangga, dapat merupakan menatomi atau metafora, pernyataan (perwujudan) dari watak. Latar sebagai salah satu unsur yang penting dari struktur cerpen memperlihatkan suatu hubungan yang kait berkait dengan unsur-unsur struktur lainnya. Tidak saja erat hubungannya dengan penokohan, tetapi juga amat erat hubungannya dengan tema dan amanat yang diungkapkan di dalam sebuah cerpen.
Unsur latar (setting) dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut:
·         Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu. 
·         Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu

·         Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Dalam cerpen Cetik ini dapat di analisis terdapet 3 latar tempat yaitu di rumah I Buda, di kaki Gunung tempat tinggal Jero balian, dan di Pura Dalem. Seperti kutipan berikut :
Tiang nelokin I Buda di jumahné. Ditu tingalin tiang I Karma, timpalné leket ané biasa ajaka gradag-grudug di tongos megae, mesuan uli di jelanan umahné. Mirib mara suud nelokin I Buda.
Terjemahan Bebasnya:
Saya menjenguk I Buda ke rumahnya, disana saya melihat I Karma, teman dekat I Buda yang biasa di ajak bareng-bareng di tempat kerjanya. Dia keluar dari pintu rumah I Buda mungkin habis menjenguk I Buda.
Dalam kutipan di atas jelas adanya latar Rumah I Buda karena Made dan I Karma menengok I Buda di rumahnya.

Tiang nginget-ngingetang, i pidan mémén tiangé taén ngorta, wénten jero mangku napi balian, tiang masih ten seken nawang, koné bisa ngubadin anak kena cetik. Nongos di bongkol gunungé, sasai masamadi nunas pica, nunas ica.
Terjemahan Bebasnya:
Saya ingat-ingat dulu ibu saya pernah bilang ada jero balian/orang pintar, saya juga tidak tahu persis. Katanya bisa mengobati orang yang kena cetik (guna-guna), tinggal di kaki gunung sering bersemedi meminta anugerah dari Tuhan.
Dalam kutipan di atas jelas adanya Latar Kaki gunung yang merupakan rumah Jero Balian dan juga sebagai tempat beliau beremedi.

Makejang timpal-timpal di tongosné I Buda magaé ajakin tiang maturan ka pura dalem. Apang milu mabakti, nunasang ring Ida Betara mangdané I Buda énggal seger.
Terjemahan Bebasnya:
semua teman-teman kerja IBuda saya ajak ikut sembahyang ke Pura Dalem demi kesehatan I Buda.
Dalam kutipan di atas jelas adanya Latar tempat Pura Dalem yang gunakan untuk sembahyang demi kesehatan I Buda.

2.1.7 Tema
Tema adalah suatu pokok pikiran yang paling utama yang dibangun untuk membentuk ide pokok, guna menunjukkan setiap karakter yang terliban serta memberikan arah tujuan agar si pembaca dapat memahami isi dari karya sastra yang dibuatnya. Tema di dalam sebuah karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembaca. Pengarang hanya menyuguhkan kejadian dalam cerita yang saling berhubungan, sehingga dapat memperjelas persoalan yang dikemukakan. Di dalam sebuah karya sastra, ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan tema yaitu : (1) Dengan melihat persoalan mana yang menonjol, (2) Secara kuantitatif persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik. Konflik-konflik melahirkan peristiwa-peristiwa, dan (3) Dengan menentukan atau menghitung waktu penceritaan yaitu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa ataupun tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra.
Tema dalam suatu karya sastra dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (a) tema pokok, dan (b) tema sampingan. Tema pokok, yaitu tema utama yang terkandung dalam suatu karya sastra yang mengacu pada satu tema. Tema sampingan, yaitu tema kecil yang berfungsi sebagai pendukung dari tema utama dalam karya sastra. Jadi dalam cerpen Cetik hanya terdapat Tema Pokok yang uraian dan kutipannya sebagai berikut:
·         Tema Pokok
Tema pokok dalam cerpen Cetik adalah masalah dunia politik yang begitu keras. Adapun yang menggambarkan masalah tentang kerasnya dunia politik dalam dunia kerja, dapat dilihat pada kutipan berikut.
Adanné manusa, don sénté don plindo; ada kéné ada kéto. Ten makejang patuh keneh ipuné. Liu masi anaké ten demen tekén I Buda pamekas saingan ipuné. Anaké ngorahang yan suba terjun ring politik mangdané dueg-dueg ngaba raga. Yadiastun tiang boya ja politisi, tiang masih nawang yan ring politik, sané mangkin timpal, buin mani bisa dadi saingan. Ané mangkin ngajumang, buin mani bisa misuh-misuh dadi musuh. Sapunika taler tungkalikannyané. Samian menghalalkan segala cara.
Terjemahan Bebasnya:
Yang namanya manusia pasti ada yang begini dan ada yang begitu tidak ada yang sama pemikirannya. Banyak juga orang yang tidak suka dengan I Buda karena saingan mereka. Banyak yang bilang jika sudah terjun ke dunia politik harus benar-benar membawa diri. Walaupun saya bukan politisi, saya juga tahu jika di politik, yang sekarang teman besok bisa jadi saingan. Yang sekarang membanggakan besok bisa mencaci maki dan menjadi musuh. Begitu juga kebalikannya, semua menghalalkan segala cara, hanya untuk mementingkan apa yang utama bagi mereka.

2.1.8 Amanat
Amanat merupakan pemecahan persoalan yang terkandung di dalam tema. Setiap karya sastra mempunyai amanat, yang merupakan tujuan dari penulisan ceritanya. Hanya saja terkandung tujuan tersebut tidak disadari, namun dia tetap ada, baik itu secara eksplisit ataupun secara implisit. Bahkan ada juga amanat yang tidak nampak sama sekali di dalam ceritanya. Amanat tersebut dapat berupa pengajaran pendidikan, etika, adat istiadat, agama, sosial dan sebagainya sesuai dengan luas dan sempitnya pengetahuan pengarang. Jadi, amanat yang disampaikan di dalam cerpen Cetik adalah :
1.      Kejujuran, kebijaksanaan, tepat janji dan sifat-sifat baik yang di miliki oleh I Buda patut di tiru yang membuat dia mampu menjadi pejabat di dunia politik dan di percaya oleh pimpinannya untuk menjabat di dunia politik. Bukan hanya di dunia kerja kita harus jujur tapi dalam kehidupan sehari-hari juga harus memiliki kejujuran dan sifat-sifat baik yang di miliki oleh I Buda
2.      Istilah setiap orang berbeda-beda dalam cerpen tersebut sangat berharga. Karena dalam kehidupan ini setiap sifat manusia tidak ada yang sama. Ada yang memiliki sifat baik seperti I Buda dan ada yang memiliki sifat iri dengki yang termasuk golongan sifat yang tidak baik yang di miliki oleh I Karma. Jadi dalam hidup berusahalah jangan sampai Iri kepada teman ataupun orang lain apalagi Tega menyakiti Teman. Karena perbuatan yang tidak baik atau kecurangan lama kelamaan pasti akan ketahuan. Karena Tuhan Maha Tahu dan akan memberikan ganjarannya bagi orang yang memiliki sifat Buruk apalagi tega menyakiti seseorang.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang sudah diuraikan dalam Bab II, dapat disimpulkan bahwa cerpen berbahasa bali yang berjudul Cetik merupakan suatu cerita yang berisi suatu kehidupan social dan kehidupan kerasnya dunia kerja dalam bidang politik. Dari segi strukturnya, cerpen yang berjudul Cetik dibangun oleh unsur instrinsik yang meliputi : alur atau plot, insiden, tokoh, penokohan (perwatakan), latar (setting), tema dan amanat. Semua unsur-unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa hubungan satu sama lainnya, melainkan kesemuanya merupakan satu kesatuan yang utuh.

3.2 Saran
Analisis terhadap cerpen berbahasa bali yang berjudul Cetik ini merupakan sebuah analisis yang masih jauh dari sempurna. Diharapkan ada analisis yang lebih sempurna dari analisis ini. Semoga apa yang terkandung dalam analisis ini dapat bermanfaat untuk pembaca umum. 


Daftar Pustaka

Subardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung : Penerbit Alumni
Suwija, I Nyoman. 2008. Kamus Anggah-Ungguhing Basa Bali. Denpasar : Penerbit Pelawa Sari
 

1 comment: