Thursday, October 3, 2013

Dharmagita

PAPER DHARMAGITA



Oleh :
NAMA : IDA AYU MADE PARIAMANTARI




Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

IKIP PGRI Bali

Denpasar

2013

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Keanekaragaman kebudayaan daerah merupakan aset kebudayaan nasional, karena kebudayaan nasional adalah perpaduan dari sari-sarinya kebudayaan daerah. Masing-masing daerah tentu mempunyai kebudayaan yang bermutu tinggi. Seperti halnya Bali memiliki berbagai macam seni, seperti seni musik, seni suara, seni tari, seni pahat, seni lukis. Kesenian Bali sudah terkenal sampai ke mancanegara. Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di indonesia. Untuk seni suara terdapat dua jenis yaitu seni kerawitan dan seni tembang. Di Bali juga mengenal istilah Dharmagita yang merupakan nyanyian suci umat Hindu karena di Bali mayoritas penduduknya beragama Hindu. Dharma Gita juga merupakan salah satu media kesenian yang sangat menunjang pemahaman ajaran agama khususnya agama Hindu serta sebagai usaha meningkatkan kesucian rohani dan sebagai media kesenian. Maka dalam kesempatan ini penulis akan menyajikan paper mengenai dharmagita beserta contoh-contoh dari pupuh yang merupakan bagian dari Dharmagita.

1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini yaitu :
1.      Apa Pengertian Dharmagita?
2.      Apa manfaat dan tujuan dari dharmagita?
3.      Apa saja Jenis-jenis dharmagita?
4.      Contoh pupuh yang di gemari?





3.1  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian Dharmagita beserta jenis-jenisnya.
2.      Untuk menambah wawasan mahasiswa agar dapat lebih memahami Dharmagita
3.      Untuk  mengembangkan minat mahasiswa pendidikan bahasa daerah untuk mengenali lebih  jauh mengenai Dharmagita yang akan digunakan sebagai bekal dalam mengajar dan dalam masyarakat.

1.4 Manfaat
      Adapun manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah:
1.      Agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiaswa dalam materi Dharmagita
2.      Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Dharmagita
3.      Agar dapat memotivasi mahasiswa dalam memahami dharmagita untuk diterapkan di masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup
            Ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai pengertian, jenis-jenis darmagita serta contoh pupuh yang saya gemari.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dharmagita
Mengenai sejarah tembang Bali masih sulit untuk ditafsirkan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan lisan (oral tradisional), suatu secara belajar dari mulut ke mulut. Pada saat ini masih ada tembang yang dinotasi didalam lontar, tetapi belum cukup untuk mengungkapkan kapan tembang itu lahir di Bali. Dalam perkembanganya di Bali, sastra tembang disebut juga Dharmagita. Dharmagita berasal dari bahasa Sansakerta dan terdiri dari dua kata yakni Dharma dan Gita. Dharma artinya kebenaran/kebaikan, kewajiban, hukum, aturan. Sedangkan Gita artinya nyanyian/lagu. Jadi Dharmagita adalah nyanyian atau kidung suci keagamaan yang merupakan salah satu bagian dari sad dharma sebagai kewajiban dalam pelestarian seni budaya Hindu. Dharma Gita juga diartikan sebagai  suatu seni keagamaan yang menggunakan media suara atau vocal dalam agama Hindu. Di dalamnya terdapat syair-syair yang sudah di ringkas sedemikia rupa dan penuh dengan ajaran keagamaan, kemudian dilantunkan dengan suara yang amat mempesona. Dharmagita sangat berperan dalam kegiatan upacara agama sebagai pencurahan perasaan bakti dan pembimbing pikiran menuju suatu kebenaran. Hal ini dikarenakan Dharmagita mengandung ajaran agama, susila, tuntunan hidup, dan pelukisan kebesaran Tuhan dalam berbagai manifestasiNya.
Dharma Gita merupakan bagian dari Panca Gita yang dibunyikan pada saat pelaksanaan yajna. Panca Gita adalah lima jenis suara atau bunyi yang mengiringi atau menunjang pelaksanaan yajna. Panca gita terdiri dari:
a.       Getaran  Mantram
b.      Suara Genta
c.       Suara Kidung
d.      Suara Gamelan
e.       Suara Kentongan (Kulkul).
Kelima suara panca gita  memberikan vibrasi keheninga, kesucian spiritual serta  menumbuhkan imajinasi, kreativitas serta sebagai maha karya adhiluhung



2.2 Manfaat dan Tujuan Dharma Gita
      Dharma Gita sebagai media untuk menyampaikan dan memperdalam keyakinan beragama sangat efektif. Oleh karena itu penyampaian materi ajaran dijalin demikian rupa dalam bentuk lagu/irama yang indah dan menawan, mempesona pembaca dan pendengarnya. Usaha untuk melestarikan, mengembangkan dharma gita bertujuan untuk tetap menjaga dan memelihara warisan budaya tradisional yang diabadikan kepada keagamaan. Disamping itu melalui dharma gita diharapkan akan mampu memberikan sentuhan rasa kesucian kekhidmatan serta kekhusukan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
Melalui Dharma Gita seseorang dapat :
·         Menghayati ajaran agama secara mendalam sehingga perasaan, pikiran, dan budhinya menjadi halus.
·         Lagu-lagu keagamaan yang dinyayikan dalam Dharma Gita dapat menggetarkan alam rasa dan meningkatkan Sradha Bakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa serta prabhava-Nya
·         Mengendalikan diri dari pengaruh Adharma.
·         Melestarikan Budaya
·         Sebagai penunjang pelaksanaan yadnya.
·         Sebagai alat komunikasi, yaitu Komunikasi spiritual. Bagi seorang Bhakta untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Brahman dapat dilakukan dengan menggunakan “Kirtana” yaitu melagukan/menyanyikan lagu – lagu Ketuhanan secara terus menerus.

2.3  Jenis-Jenis Dharma Gita
Jenis Dharmagita terdiri atas enam jenis, yaitu (1) sloka dan sruti, (2) palawakya, (3) sekar agung, (4) sekar madia, (5) sekar alit, dan (5) sekar rare.

1.        Sloka dan Sruti
Dalam tradisi Bali, umumnya sloka dibedakan dengan sruti. Sloka biasanya terdiri atas empat baris dalam satu padartha, dengan suku kata yang sama pada tiap barisanya sruti mempunyai jumlah baris dan jumlah suku kata yang tidak sama pada satu padartha.
Contoh Sloka:
Yo yo yām yām tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati,
tasya tasyācalām śraddhām tām eva vidadhāmy aham
(Bhagawadgita, 7:21)

Arti:  Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang,Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap

      2.      Palawakya
Jenis teks palawakya menggunakan bahasa Jawa Kuna dan berbentuk prosa. Dalam melagukan palawakya sangat bergantung pada tabuh basa atau intonasi dan onek-onekan, yaitu pengejaan dan pemenggalan kata-kata.
Contoh Palawakya :
“ikang dharma ngaranya
Henuning mara ring swarga ika
Kadi gatning prahu
An henuning banyagan entasing tasik”
Artinya :
Adapun yang disebut agama itu (Dharma itu) adalah jalan untuk
Mencapai surgalah itu
Sebagai ibarat perahu
Adalah merupakan alat dari pedagang (bendega)
Untuk menyebrangi lautan
                                                (Saramuscaya, 14)
3.    Sekar Agung / kakawin
Sekar agung disebut juga kakawin. Kakawin adalah sebuah bentuk syair dalam bahasa Jawa Kuna dengan metrum yang berasal dari India. Dalam kakawin dikenal wirama. Tiap-tiap wirama dibentuk berdasarkan Wrtta Manta, Wrtta artinya banyak suku kata dalam setiap kalimat. Empat kalimat menjadi satu wirama. Ada juga tiga kalimat menjadi satu wirama, hal ini disebut dengan Rahi Tiga ( Utgata, Wisama ). Sedangkan Matra artinya kedudukan guru laghu dalam setiap kalimat. Kedudukan guru laghu berbeda-beda dalam satu kalimat, walaupun jumlah suku katanya sama menyebabkan berbeda pada nama wiramanya. Adapun Guru dalam kekawin  merupakan suara berat atau suku kata panjang (dilagukan panjang/berat). Sedangkan Laghu adalah suara ringan atau pendek.
Contoh Wirama yang termasuk Sekar Agung, seperti :
a.       Wirama Mrdhu Komala
Wyapi-wyapaka sarining parama tatwadurlabhaa kita icantang hanatan hana, gunalalit lawan ala layu, Utpatti sthiti linaning dadi kita ta karanika sang sangkan, Parananing Sarat niskalamat kita.
b.      Wirama Girisa
Lalaulara nira Nasa sambat putranira pejah, Lakibi sire samungken ring putra luru lingsa, Ginamelira ginanti kang layuan lagi ginugah, Inu tusira masabda kapwajara bibi haji.

4.         Sekar Madia
Pada prinsipnya sekar madia/kidung juga diikat oleh jumlah suku kata dan bunyi akhir (rima), tetapi dalam sistem penulisan kidung kerapkali tidak menggunakan tanda batas larik (baris) yang biasanya ditandai dengan tanda carik tunggal seperti pada kakawin maupun Geguritan. Sekar Madia mempergunakan bahasa Jawa Tengahan atau bahasa yang dipergunakan di dalam lontar-lontar cerita Panji dan Malat. Di Bali sekar madia atau kidung ini kerap digunakan sebagai pengiring ritual agama Hindu. Berikut ini adalah beberapa contoh uraian Sekar Madya :
a.       Kawitan Wargasari
Purwa kaning angripta rum, ning wana ukir, kahadang labuh, kartika panedenging sari, angayon tangguli ketur, angring-ring jangga mure.
b.      Kawitan Kidung Tantri
Wuwusane Sri Bhupati, ring pataaaali Na Gantun, subaga wirya sisiwi, kajrihing sang para ratu, satwa ning jambu warsadi, prasama tur kembang taon.
c.       Kawitan Warga Sari
Ida ratu sakeng luhur, kawulane nunas lugrane, mangda sampun titiang tandruh, menghayati Bhataramangkin, ngaturang pejati canang suci lan daksina, sampun puput, pratingkahi saji. Asap menyan majagahu, cendana nuhur Dewana, mangda ida gelis turun, mijil saking luhuring langit sampun madabdabang sami, maringgiri menu reko, ancangan sadulur, sami paada ngiring.

5.      Sekar Alit / Pupuh
Sekar Alit adalah nyanyian yang berupa Pupuh. Karena itu sekar alit disebut juga Pupuh. Pupuh merupakan bentuk puisi tradisional yang memiliki jumlah suku kata dan irama tertentu di setiap barisnya. Terdapat 10 jenis pupuh, masing-masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk tema cerita yang berbeda. Pupuh macapat sebenarnya banyak, tetapi yang umum dan diajarkan di sekolah hanya sepuluh jenis yaitu: Pupuh Dangdang Gula, Pupuh Mijil, Pupuh Pucung, Pupuh Ginada, Pupuh Ginanti, Pupuh Semarandana, Pupuh Sinom, Pupuh Durma, Pupuh Pangkur, dan Pupuh Maskumambang. Adapun sifat, watak, dan fungsi Pupuh (macepat) sebagai berikut :
1.      Pupuh Mijil, wataknya melahirkan perasaan. Sepatutnya untuk menguraikan nasehat, tetapi dapat juga digubah untuk orang yang mabuk asmara.
2.       Pupuh Pucung, wataknya kendor, tanpa perasaan yang memuncak. Sepatutnya untuk cerita yang seenaknya tanpa kesungguhan.
3.      Pupuh Maskumambang, wataknya nelangsa, sedih/ merana. Sepatutnya untuk melahirkan perasaan sedih, hati yang merana atau menangis.
4.      Pupuh Ginada, melukiskan kesedihan, merana atau kecewa.
5.      Pupuh Ginanti senang, kasih cinta. Sepatutnya untuk menguraikan ajaran, filsafat, cerita yang bersuara asmara, keadaan mabuk cinta.
6.      Pupuh Semarandana wataknya memikat hati, sedih, kesedihan karena asmara. Sepatutnya untuk menceritakan cerita asmara.
7.      Pupuh Sinom, wataknya ramah tamah, meresap sedap. Patutnya untuk menyampaikan amanat, nasehat, atau bercakap-cakap secara bersahabat.
8.      Pupuh Durma, wataknya keras, bengis, marah, atau untuk cerita perang, saling menantang, dan sebagainya.
9.      Pupuh Pangkur, wataknya perasaan hati memuncak. Sepatutnya untuk cerita yang mengandung maksud kesungguhan. Jika nasehat yang bersungguh-sungguh, jika mabuk asmara yang sampai puncaknya.
10.  Pupuh Dangdang gula, wataknya halus, lemas, umumnya melahirkan suatu ajaran, berkasih kasihan, juga untuk penutup suatu karangan
Selain memiliki sifat dan watak Pupuh juga memiliki hukum, kaidah sebagai suatu ketentuan yang disebut dengan uger-uger. Adapun uger-uger tembang macepat atau Pupuh yaitu :
1.      Hukum padalingsa yaitu banyaknya baris dalam satu bait Pupuh,
2.      Hukum guru wilang yaitu banyaknya suku kata dalam satu baris,
3.      Hukum guru ding-dong yaitu huruf vocal atau huruf hidup pada akhir suku kata tiap-tiap baris dalam satu bait Pupuh
Untuk lebih jelas mengenai padalingsa Pupuh yang merupakan uger-uger yang harus ada dalam pupuh dapat dilihat pada tabel skema iktisar jenis Pupuh dan padalingsanya masing-masing sebagai berikut.
No 
Nama Pupuh
Banyak baris
Padalingsa
Baris ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Pucung
6
4u
8u
6a
8i
4u
8a
-
-
-
-
-
-
2
Mijil
7
4u
6i
6o
10e
10i
6i
6u
-
-
-
-
-
3
Maskumambang
4
12i
6a
8i
8a
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Pangkur
7
8a
11i
8u
7a
12u
8a
8i
-
-
-
-
-
5
Ginada
7
8a
8i
8a
8u
8a
4i
8a
-
-
-
-
-
6
Ginanti
6
8u
8i
8a
8i
8a
8i
-
-
-
-
-
-
7
Sinom
10
8a
8i
8i
8i
8u
8a
8i
4u
8a
-
-
-
8
Dangdang
12
10i
4a
6a
8e
8u
8i
8a
8u
8a
4a
8i
8a
9
Semarandana
7
8i
8a
8e
8a
8a
8u
8a
-
-
-
-
-
10
Durma
7
12a
7i
6a
7a
8i
5a
7i
-
-
-
-
-


6.   Sekar Rare (gegendingan)
Sekar Rare (gegendingan) tidak memakai uger-uger, menggunakan kata-kata bahasa Bali lumrah. Sekar Rare (gegendingan) itu dipakai oleh anak-anak pada saat bermain pada bulan purnama. Yang termasuk kelompok Sekar Rare (gegendingan) yaitu: (1) Gegendingan (dolanan), antara lain: guak maling taluh, juru pencar, galang bulan, Putri cening ayu dan lain sebagainya; (2) Jejangeran antara lain: Embok Nyoman, Don Dapdap, dan yang lainnya; (3) Gending Sangiang antara lain: Kukus Arum, Sangiang Dedari, dan yang lainnya.



Contoh Sekar Rare :
Putri Cening Ayu
Cening putri ayu
Ngijeng cening jumah
Meme luas malu
Ke peken meblanja
Apang ada darang nasi

Meme tiang ngiring
Ngijeng tiang jumah
Sambilang mepunpun
Ajak titiang dadua
Di mulih ne dong gapgapin



4.1 Contoh Pupuh yang di gemari
PUPUH PUCUNG
Anak sigug                              4u
anak corah kalud ngagu          8u
bareng ka sayangan                 6a
kasaratang katulungin             8i
antuk tutur                              4u
kati dados anak wikan                        8a







BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dharmagita merupakan nyanyian atau kidung suci keagamaan yang merupakan salah satu bagian dari sad dharma sebagai kewajiban dalam pelestarian seni budaya Hindu. Dharma gita terdiri atas enam jenis, yaitu (1) sloka dan sruti, (2) palawakya, (3) sekar agung, (4) sekar madia, (5) sekar alit, dan (5) sekar rare.Dharma gita memiliki manfaat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk mengendalikan diri dari pengaruh adharma serta dharma gita juga bermanfaat untuk melestarikan budaya, Jadi peran Dharma gita sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

  


Daftar Pustaka

Oka, I Gusti Ngurah.2004.Puspa Sari 3.Denpasar : Sabha Sastra Bali

No comments:

Post a Comment